Jumat, 27 Desember 2013

Volunteer


Jikalau genangan air pada tanah yang tandus bisa diibaratkan sebagai pahlawan, Saya pastikan pelopor itu mata airnya.
–Idham Afandi-


Suatu massa akan ada penapak tilas kehidupan yang akan menyejarah. Berawal dari ketidakberadaan, bermula dari ketidakmampuan, terlahir dengan keterbatasan dan berada dalam kondisi ujian dan himpitan, yang kemudian dirubah menjadi hal yang luar biasa, menjadi inspirasi dan memiliki pelajaran yang berarti. Tetapi siapakah penapak tilas yang akan menyejarah di masa ini?

Mengenang hal menyejarah sangatlah mengagumkan, mengulas perjalanannya sangatlah menginspirasi, menyebut-nyebut hasil torehannya menjadi pemicu semangat, mendiskusikan sifat dan karakter penapak tilas sejarah sangatlah mengena. Tetapi apa yang terjadi saat ini?
Seolah-olah mendambakan kehadiran penapak tilas sejarah tersebut kembali hadir saat ini, merindukan hasil torehan upayanya terulang kembali, bak pertukaran siang dan malam yang kehadirannya pasti akan berulang. Tetapi apakah sudah tidak ada lagi penapak tilas sejarah di zaman ini?

Kehidupan penapak tilas tersebut tidak dengan sepenuhnya hidup dalam kemudahan. Mereka mengubah hal yang terburuk menjadi lebih baik, mengubah hal terkejam menjadi lebih adil, bijaksana, mengubah keterbatasan menjadi sebuah kekaguman, dan mengubah hal tersulit manjadi lebih mudah. Serta dapat memberikan manfaat pada orang banyak.

Seorang nelson mandela rela dipenjarakan selama dua puluh delapan tahun demi menegakkan keadilan di tanah kelahirannya. Pemberlakuan sistem politik apartheid di nilai sangat rasis dan membatasi hak sesorang, dimana orang kulit hitam tidak memiliki hak memilih dan hak dipilih dan tidak juga diperkenankan untuk ikut andil dalam kancah politik ataupun pengurusan negara di afrika selatan. Penindasan terhadap orang kulit hitam telah menjadikan suatu gagasan perjuangan bagi mandela untuk bisa menciptakan suatu keadilan di tanah kelahirannya. Dua puluh delapan tahun bukan hal yang sebentar, dan tidak hanya mendekam didalam penjara, tetapi ujian di rongrongnya idealis sang mandela itu pun selalau di lancarkan musuh-musuhnya. Dengan penuh keyakinan dan kesabaran mandela tetap mempertahankan keyakinannya akan hadirnya suatu keadilan di tanah kelahirnnya.  Di tahun 1990 mandela pun mengumumkan penghentian konflik bersenjata. Dan dimulailah serangkaian perundingan yang berujung pada penetapan undang-undang parlemen yang baru dengan bersandar pada prinsip mayoritas. Hasil dari perjuangannya ini pun dapat dinikmati banyak orang hingga kini. Berikut merupakan ucapan mandela ketika mendekam di dalam penjara “ Perjalanan panjang saya untuk mencapai suatu kebebasan telah mengajarkan saya. Keberhasilan seseorang menempuh perjalananya hingga sampai ke puncak gunung telah mengungkapkan jati dirinya. Makin tinggi puncak gunung yang di tuju, makin lama pula perjalanan yang harus di tempuh. Itu berarti akan makin lama sebuah penantian”. Nelson mandela telah mengubah kekejaman menjadi lebih adil dan bijaksana, yang hasil upayanya dapat dirasakan oleh masyarakat afrika selatan hingga saat ini.

Begitu juga dengan Louis Braille yang terlahir sebagai anak gadis dengan mata nan indah yang membuat orang kagum dan iri jika melihat matanya. Nikmat mata indah itu pun tidak lama ia rasakan bahkan nikmat melihat itu yang langsung Allah cabut dari kehidupannya ketika ia masih kanak-kanak. Ujian berupa keterbatasan yang ia peroleh tidak membuatnya hanyut dalam kondisi yang ada, kemauannya dan keyakinanya akan suatu kesetaraan antara orang biasa dengan tuna netra membuatnya berfikir panjang dalam menemukan suatu metode belajar bagi tuna netra. Keinginannya ini harus dimulai dari dirinya sendiri, bagaimana cara membaca dengan adanya keterbatasan tersebut. Selama berada di sekolah luar biasa cara mengajarkan siswa-siswanya membaca dengan metode meraba huruf-huruf besar yang terbuat dari logam yang disesuaikan dengan bentuk huruf asli yang di tempelkan pada selembar kertas, braille menganggap hal ini tidak praktis, karena mana ada penerbit buku yang akan mau mencetak buku dengan kebutuhan seperti itu. Dengan pandangan itulah braille mencari jalan keluar dengan membuat suatu metode dalam membaca huruf alphabet dengan menggunakan enam titik. Metode inilah yang kemudian ia uji dan ia terapkan di sekolah tunanetra di tempatnya, tetapi berbagai macam penolakan menghadangnya sehingga ia pun tidak patah semangat, metode yang ia miliki ini hanya ia ajarkan ke murid-muridnya saja, hingga suatu saat ada salah seorang siswanya yang tampil menarik dalam sebuah event pertunjukan dengan memainkan sebuah piano dalam kondisi buta. Hal ini yang membuat kagum banyak orang dan menanyakan apa rahasia dari pementasannya tersebut. Lantas siswanya menjawab, “bukan saya yang sepatutnya mendapatkan penghormatan tetapi seseorang yang telah mengajarkan kepada saya penemuan metode yang luar biasa, dan saat ini orang ini sakit di atas tempat tidurnya dan berada jauh dari orang lain, beliau adalah braille”. Sejak itu pula media massa menggalang aksi kampanye gerakan untuk mendukung louis braille serta menyokong penemuannya tersebut. Tak lama kemudian pemerintahan prancis mengakui penemuannya dan menjadikan metodenya sebagai refresi dalam mengajarkan siswa tunanetra. Kini giliran Louis Braille yang mengubah suatu keterbatasan menjadi hal yang mengagumkan dan hal yang bermanfaat.

Merekalah beberapa contoh pahlawan yang mempelopori hal-hal di luar kebiasaan, yang mengubah paradigma orang biasa yang mengatakan tidak bisa menjadi hal nyata yang terwujud dan bermanfaat. Di pertanyakanlah kepada diri kita bisakah kita menjadi seperti mereka yang dapat bermanfaat bagi orang lain dan menjadi insan yang berguna? Bangsa ini setidaknya butuh orang-orang yang mau mempelopori kejujuran, keadilan dan contoh pribadi yang baik. Mungkin hal sekecil itu yang setidaknya menjadi basic bagi pribadi kita masing-masing. Mari di coba euy...