Punya cita
untuk bangkit, Walau tak sanggup saat muda,
Hindari rasa
sakit, kalau tak mau sengsara.
*ungkapan
untuk orang tua
( -Idham Afandi-
)
Tak perlu
ada panggung ratapan,
Untuk setiap
ujian yang datang
Namun harus
hadirkan kebangkitan
Untuk terus
maju menatap masa depan
(*Lirik
lagu)
Hari
bersejarah bagi papa dan mama, tanggal 9 dan 10 oktober, walau dengan tahun
lahir yang berbeda. jadi kalau mau kasih kado/hadiah bisa untuk bersama hehehe…
karena masih termasuk daftar manusia non produktif di negri ini, maka hadiah /
kado ulang tahun belum bisa dalam bentuk materi, dengan tulisan ini harapannya bisa
mengungkapkan rasa terimakasih kepada mereka..
Maninjau terkenal
akan keindahan alamnya | juga terkenal dengan tokoh agamanya | buya hamka
namanya. | Maninjau tempat yang asyik untuk berwisata | penuh warna dengan
kokohnya budaya dan agama | budaya minang dan agama islam terutamanya.
Danau Maninjau, 2006 |
Maninjau
bersejarah bagi si papa | tempat kelahirannya | yang penuh cita dan asa | Maninjau
jua yang menjadi asal keturunan dari si mama | dan tempat keluarga besarnya.
Tapi …..
maninjau belum memberikan kesempatan hidup lama bagi si papa | Karena kondisi
financial yang kurang berada | dan tidak dapat mengenyam pendidikan setara dari
orang biasanya.
Dengan berat
hati merantau pun jadi pilihan | untuk kebaikan masa depan | dengan banyak
harapan.
Tepat di
ujung pulau Sumatra menempatkan kehidupan | untuk hadirkan kebangkitan.
Sejarah baru
bagi si papa | ikut merantau dengan sanak saudara | di lampunglah tepatnya. | Usaha dagang
menjadi andalan utama | merintis dari pasar satu ke pasar lainnya, dan belanja
dari toko satu ke toko lainya menjadi rutinitas hidupnya| dengan bermodalkan
uang seadanya | kejujuran menjadi jurus kunci usaha | pantang menyerah menjadi tagline
yang menyemangatinya | dan mencari rizki yang halal menjadi landasan utama untuk
diridhoi oleh yang maha kuasa.
Satu cita-cita
mulia dari mereka |” kita tak mampu meraih cita hari ini, menikmati masa muda
dengan layaknya | mengenyam pendidikan yang biasanya | tapi kita bisa hadirkan
ini untuk anak dan saudara | dengan usaha dan berdoa “.
Beginilah nasib
perantauan | nasib tak jelas bagai berenang menyebrangi pulau, | serasa dekat
namun tak jua sampai, | kadang meragukan karena tertutup awan. | Rasa ingin kembali
kekampung halaman | melihat ujian dan cobaan di negri perantauan | tapi cita
yang kuat menjadi alasan | menetap di perantauan dengan semangat dan kesabaran.
Narasi di
atas mengungkapkan kondisi mereka kala itu | untuk meraih kehidupan baru | Kurang
lebih 40 tahun masa itu berlalu | dan kini …….
Anaknya
paham sekali akan kekurangan orang tuanya, baik si papa maupun si mama, tetapi
bukanlah kekurangan yang menjadi pandangan utama, merekapun punya kelebihan
yang berbeda, si papa punya perencanaan yang matang, mulai dari rencana
usahanya dan kelanjutan pendidikan anaknya, semua sudah disetting dengan matang,
mulai dari waktu, biaya, jarak dan bagaimana prakiraan kondisinya. Contohnya saja
biaya pendidikan anak, biaya ini bukan difikirkan ketika anak sedang mengenyam
pendidikan, tetapi jauh sebelum itu. Si papa juga punya wibawa yang tinggi, komunikasi
personal yang baik dan bersifat perfeksionis. Tak kalah dengan si papa, mama
punya ciri yang berbeda, rajin ibadah, dan mendoakan anak dan keluarga. Sholat malamnya
selalu dijaga, tak tinggal jua sholat dhuha, kajian mingguannya tetap
terlaksana, komunikasi didepan umum sudah menjadi hal biasa, lingkungan bersih
menjadi syarat baginya.
Berbicara buah
usaha, apa yang mereka dapatkan dengan usahanya ? ……
Anaknya tidak
ada yang sempurna, terlihat biasa-biasa saja…. Jadi apa buahnya?
Buah manggis,
Elok rupanya
Buah yang
manis, Takkan lupa pada akarnya
Aduh enaknya
tinggal dikota wisata
Mata sejuk
melihat bersih lingkungannya
Jangan lihat
orang tua dari penampilannya
Tapi lihat
dari niat yang tulus dan keikhlasannya
Citanya direalisasikan
dengan targetan menyekolahkan anaknya minimal sampai bangku kuliah. dari ke 6
orang anaknya, 4 orang anak sudah terealisasikan cita-citanya, tapi bukan
kualitas pengetahuan saja yang ia tekankan kepada anaknya. Etika, moral, sopan
santun, rajin ibadah, dan keimanan lebih penting dari itu.
Dari keenam orang
anaknya | yang tiga sudah berkeluarga | dan dua sedang menjalani studi S2 |
yang S1 belum di wisuda (hehe…) | dan satu lagi masih tingkat SMA.
Kami bangga
pada mereka, dengan kondisi kami saat ini. Dukungan perhatian dan nasihat
menghiasi hari-hari kami, ditambah dengan support doa dan dana, kehidupan bak diberikan
lentera. Mau berjalan, mudahlah langkahnya. Mau menulis, mudahlah gerakannya. Mau
berdiri, mudahlah bangkitnya.
Kami bangga
pada mereka, dengan kesibukan akademis kami, untuk ibadah sudah menjadi
kebutuhan, kajian mingguan menjadi rutinan, membaca alqur’an menjadi penuntun
jalan, dan mendoakan orang tua menjadi kebiasaan.
Kami bangga
pada mereka, usaha tekstil menjadi lakon harian, dengan berbekal semangat dan cita-cita mereka
pertaruhkan suatu harapan, hadirkan kebangkitan dan terus maju menatap masa
depan.
Kami bangga
pada mereka, investasi dunia dilakoni, akhirat pun menjadi hal utama. Menjadikan
anak yang cerdas dan sholeh itu suatu keinginan mereka, dan memberikan orangtua
mahkota disyurga itu menjadi impian kami, doakanlah kami mudah-mudahan diantara kami
ada yang hafal al qur’an. Amin,…
Ungkapan di
awal dan lirik lagu di atas cukup menggambarkan usaha dan harapan mereka,
mudah-mudahan ini bisa meningkatkan kualitas diri sebagai seorang anak, untuk
terus berbakti dan menjadi inspirasi bagi yang lain.
1 komentar:
Asm, mantap dam. Sukarno Adalah Politkus Ulung Yang punya jiwa seni besar, Anis Matta Seorang seniman yang jago berpolitik. Semoga Doa papa dan mama dengan nama Idham Afandi Allah kabulkan. Menjadi Politikus Islami yang mampu memainkan perannya dengan indah.
Posting Komentar