Selasa, 08 Oktober 2013

Membongkar Buah Usaha Orang Tua di Hari Bahagia (oleh : Idham Afandi)


Punya cita untuk bangkit, Walau tak sanggup saat muda,
Hindari rasa sakit, kalau tak mau sengsara.
*ungkapan untuk orang tua
( -Idham Afandi- )

Tak perlu ada panggung ratapan,
Untuk setiap ujian yang datang
Namun harus hadirkan kebangkitan
Untuk terus maju menatap masa depan
(*Lirik lagu)

Hari bersejarah bagi papa dan mama, tanggal 9 dan 10 oktober, walau dengan tahun lahir yang berbeda. jadi kalau mau kasih kado/hadiah bisa untuk bersama hehehe… karena masih termasuk daftar manusia non produktif di negri ini, maka hadiah / kado ulang tahun belum bisa dalam bentuk materi, dengan tulisan ini harapannya bisa mengungkapkan rasa terimakasih kepada mereka..

Maninjau terkenal akan keindahan alamnya | juga terkenal dengan tokoh agamanya | buya hamka namanya. | Maninjau tempat yang asyik untuk berwisata | penuh warna dengan kokohnya budaya dan agama | budaya minang dan agama islam terutamanya.

Danau Maninjau, 2006
Maninjau bersejarah bagi si papa | tempat kelahirannya | yang penuh cita dan asa | Maninjau jua yang menjadi asal keturunan dari si mama | dan tempat keluarga besarnya.

Tapi ….. maninjau belum memberikan kesempatan hidup lama bagi si papa | Karena kondisi financial yang kurang berada | dan tidak dapat mengenyam pendidikan setara dari orang biasanya.
Dengan berat hati merantau pun jadi pilihan | untuk kebaikan masa depan | dengan banyak harapan.
Tepat di ujung pulau Sumatra menempatkan kehidupan | untuk hadirkan kebangkitan.

Sejarah baru bagi si papa | ikut merantau dengan sanak saudara | di lampunglah tepatnya. | Usaha dagang menjadi andalan utama | merintis dari pasar satu ke pasar lainnya, dan belanja dari toko satu ke toko lainya menjadi rutinitas hidupnya| dengan bermodalkan uang seadanya | kejujuran menjadi jurus kunci usaha | pantang menyerah menjadi tagline yang menyemangatinya | dan mencari rizki yang halal menjadi landasan utama untuk diridhoi oleh yang maha kuasa.

Satu cita-cita mulia dari mereka |” kita tak mampu meraih cita hari ini, menikmati masa muda dengan layaknya | mengenyam pendidikan yang biasanya | tapi kita bisa hadirkan ini untuk anak dan saudara | dengan usaha dan berdoa “.

Beginilah nasib perantauan | nasib tak jelas bagai berenang menyebrangi pulau, | serasa dekat namun tak jua sampai, | kadang meragukan karena tertutup awan. | Rasa ingin kembali kekampung halaman | melihat ujian dan cobaan di negri perantauan | tapi cita yang kuat menjadi alasan | menetap di perantauan dengan semangat dan kesabaran.

Narasi di atas mengungkapkan kondisi mereka kala itu | untuk meraih kehidupan baru | Kurang lebih 40 tahun masa itu berlalu | dan kini …….

Anaknya paham sekali akan kekurangan orang tuanya, baik si papa maupun si mama, tetapi bukanlah kekurangan yang menjadi pandangan utama, merekapun punya kelebihan yang berbeda, si papa punya perencanaan yang matang, mulai dari rencana usahanya dan kelanjutan pendidikan anaknya, semua sudah disetting dengan matang, mulai dari waktu, biaya, jarak dan bagaimana prakiraan kondisinya. Contohnya saja biaya pendidikan anak, biaya ini bukan difikirkan ketika anak sedang mengenyam pendidikan, tetapi jauh sebelum itu. Si papa juga punya wibawa yang tinggi, komunikasi personal yang baik dan bersifat perfeksionis. Tak kalah dengan si papa, mama punya ciri yang berbeda, rajin ibadah, dan mendoakan anak dan keluarga. Sholat malamnya selalu dijaga, tak tinggal jua sholat dhuha, kajian mingguannya tetap terlaksana, komunikasi didepan umum sudah menjadi hal biasa, lingkungan bersih menjadi syarat baginya.

Berbicara buah usaha, apa yang mereka dapatkan dengan usahanya ? ……
Anaknya tidak ada yang sempurna, terlihat biasa-biasa saja…. Jadi apa buahnya?

      Buah manggis, Elok rupanya
      Buah yang manis, Takkan lupa pada akarnya

           Aduh enaknya tinggal dikota wisata
           Mata sejuk melihat bersih lingkungannya
           Jangan lihat orang tua dari penampilannya
           Tapi lihat dari niat yang tulus dan keikhlasannya

Citanya direalisasikan dengan targetan menyekolahkan anaknya minimal sampai bangku kuliah. dari ke 6 orang anaknya, 4 orang anak sudah terealisasikan cita-citanya, tapi bukan kualitas pengetahuan saja yang ia tekankan kepada anaknya. Etika, moral, sopan santun, rajin ibadah, dan keimanan lebih penting dari itu.

Dari keenam orang anaknya | yang tiga sudah berkeluarga | dan dua sedang menjalani studi S2 | yang S1 belum di wisuda (hehe…) | dan satu lagi masih tingkat SMA.

Kami bangga pada mereka, dengan kondisi kami saat ini. Dukungan perhatian dan nasihat menghiasi hari-hari kami, ditambah dengan support doa dan dana, kehidupan bak diberikan lentera. Mau berjalan, mudahlah langkahnya. Mau menulis, mudahlah gerakannya. Mau berdiri, mudahlah bangkitnya.

Kami bangga pada mereka, dengan kesibukan akademis kami, untuk ibadah sudah menjadi kebutuhan, kajian mingguan menjadi rutinan, membaca alqur’an menjadi penuntun jalan, dan mendoakan orang tua menjadi kebiasaan.

Kami bangga pada mereka, usaha tekstil menjadi lakon harian,  dengan berbekal semangat dan cita-cita mereka pertaruhkan suatu harapan, hadirkan kebangkitan dan terus maju menatap masa depan.

Kami bangga pada mereka, investasi dunia dilakoni, akhirat pun menjadi hal utama. Menjadikan anak yang cerdas dan sholeh itu suatu keinginan mereka, dan memberikan orangtua mahkota disyurga itu menjadi impian kami, doakanlah kami mudah-mudahan diantara kami ada yang hafal al qur’an. Amin,…

Ungkapan di awal dan lirik lagu di atas cukup menggambarkan usaha dan harapan mereka, mudah-mudahan ini bisa meningkatkan kualitas diri sebagai seorang anak, untuk terus berbakti dan menjadi inspirasi bagi yang lain.



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Asm, mantap dam. Sukarno Adalah Politkus Ulung Yang punya jiwa seni besar, Anis Matta Seorang seniman yang jago berpolitik. Semoga Doa papa dan mama dengan nama Idham Afandi Allah kabulkan. Menjadi Politikus Islami yang mampu memainkan perannya dengan indah.