Akhir-akhir ini ada yang berbeda,
Momen menyambut hari pilkada,
Kota Padang kan berpesta,
Menentukan wakil rakyatnya
Jalan-jalan ke Padang Kota
Banyak pamflet calon waliKota
Aduh banyak pilihannya
Jadi bingung contreng yang mana
Tetapkan pemimipinnya
Berdasarkan iman dan takwanya
Supayakan tak terlupa
Oleh rakyat yang apa adanya.
Pergiliran kekuasaan memerintah di Kota Padang akan berakhir | Fauzi
Bahar pun akan mangkir | kalau tidak ada yang tampil | maka ini adalah suatu
akhir.
Ketika zaman lawas | Kota Padang memiliki corak budaya yang khas |
nuansa islami nampak begitu jelas | kerukunan masyarakat yang harmonis | dan
memiliki menu makanan yang pedas.
Kota Padang layaknya menjadi suatu pusat agibisnis | yang
mengelola hasil pertanian menjadi usaha bisnis | guna menunjang daerah yang
pesimis | untuk tetap berpacu dan optimis.
Dengan arahan Gubernur Sumbar | Kota Padang dituntun menjadikan
mode transportasi umumnya lebih lancar | guna menunjang penumpang yang sedang
lapar | untuk tetap tersenyum dan juga bersabar
Kota Padang dipenuhi oleh para pelajar | yang hobinya nongkrong di
tenda ceper | hal ini akan berdampak besar | jika dibiarkan menyebar.
Di Sumatra Barat, Kota Padang selayaknya menjadi sentral
perdagangan | yang menghimpun komoditas apapun | ini peluang mendapatkan
penghasilan | guna meminimumkan nasib pengangguran.
Kota Padang banyak tempat wisata | mulai dari keindahan pantai
hingga jembatan siti nurbaya | kalau ini dikelola | pasti akan banyak
pengunjungnya.
Kota Padang tempat para kesatria | yang sudah biasa menghadapi
bencana | seperti galodo dan juga gempa | ini perlu penanggulangan dan
pencegahannya | guna memperkuat iman dan sikap waspada
Narasi di atas berupaya mendeskripsikan kebutuhan kondisi Kota Padang
saat ini. Walapun beda misi, sang calon pemimpin pun harus ada kontribusi, walaupun
beda sisi, sportifitas pun harus dijunjung tinggi.
Kota Padang tercinta
Mari kita bangun bersama
Kota Padang tercinta
Ku jaga dan ku bela
Antusias masyarakat Padang dalam
menyelenggarakan pilkada sungguh luar biasa, ini bisa di lihat dari banyaknya
calon yang mendaftar menjadi calon WaliKota. Tidak hanya itu, calon yang
mendaftar pun di dominasi oleh calon persorangan. Ada 10 colon waliKota yang
lolos verifikasi dan dinyatakan ikut dalam pemilihan kepala daerah Kota Padang.
Dari ke sepuluh calon tersebut, berlatar belakang dari berbagai kalangan,
seperti pengusaha, politikus, akademis, birokrat dan lain-lain. Menurut ajaran syarak bahwsannya, “ Setiap
kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin itu harus bertanggung jawab kepada
yang dipimpinnya”.
Eng ing eng…….Masyarakat pun kebingungan
untuk menentukan pilihannya, karena terlalu banyak pilihannya, calon yang
tampil pun kebanyakan wajah baru bagi masyarakat Kota Padang. walaupun selama
ini sudah menetap lama di Kota ini.
Kegundahaan Ini bisa di cari solusinya,
jikalau kembali menggunakan kriteria menentukan pemimpin ala Minangkabau. Ada 4
syarat bagi pemimpin dalam pandangan adat Minangkabau
1. “Tinggi Tampak Jauah, Gadang
Jolong Basuo” yang artinya, seorang itu kelihat tinggi dan besar disebabkan
ketaqwaan yang tinggi dan keimanan yang tebal. Karena dimata Tuhan manusia itu
sama. Yang membedakannya hanyalah ketaqwaannya. Ketaqwaan dinilai sebagai
derajat tertinggi, oleh karena itu, martabatnya mulia, kelihatan punya
kemampuan dalam memimpin, kelihatan menonjol dari orang-orang kebanyakan, menjadi figur dari orang awam, dan
menjadi sebagai ka pai tampek batanyo, ka
pulang tampek babarito.
2. “Tinggi Disentak Rueh, Gadang
Dilintang Pungkam” yang artinya, bahwa dia tinggi karena ruas kayu yang
menyentak membawa tinggi, bukan karena dianjungkan dengan pot dan sebagainya.
Ia punya integritas pribadi yang kokoh, punya visi dan misi yang jelas, punya
wawasan cukup dengan syarat kapabilitas. Sedangkan “Gadang Dilintang Pungkam” artinya punya wibawa, kharismatik,
berkarakter dan istiqomah. Yang terpenting dari poin ini adalah ia baik karena
kebaikannya, bukan karena polesan media atau pemberitaan dan lain sebagainya.
3. “Tinggi Dek Di Anjung,
Gadang Dek Di Ambak”, yang artinya, banyak orang yang suka menyanjungnya,
menonjolkannya, memuliakannya, menghormatinya, disetujui oleh kaum dan
masyarakatnya, atau lebih tepat diterima oleh semua pihak baik kawan maupun
lawan
4. “Tinggi Sarantiang Dahulu
Salangkah”, yang artinya dia dekat dengan rakyatnya, bila sudah menjadi
pemimpin ia tidak meninggalkan rakyatnya, bila ia lupa dia cepat kembali ke
jalan yang benar, bila diingatkan oleh rakyatnya , ia cepat mempertimbangkan
untuk memperbaikinya
Sabanta lai Padang ado alek,
Mamiliah pemimpin yo sabana barek,
Kok syarat pemimpin alah dapek,
Tingga contreng nan ma nan tapek
Dek paniang indak mamiliah,
Bukan alasan nan shahih,
Kok ado raso peduli jo pemerintah,
Buktikan dengan mamiliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar