Sabtu, 12 Oktober 2013

Obat Bagi Pemilih Galau (Oleh : Idham Afandi)

Akhir-akhir ini ada yang berbeda,
Momen menyambut hari pilkada,
Kota Padang kan berpesta,
Menentukan wakil rakyatnya

Jalan-jalan ke Padang Kota
Banyak pamflet calon waliKota
Aduh banyak pilihannya
Jadi bingung contreng yang mana
                                                                                                                         
Tetapkan pemimipinnya
Berdasarkan iman dan takwanya
Supayakan tak terlupa
Oleh rakyat yang apa adanya.

Pergiliran kekuasaan memerintah di Kota Padang akan berakhir | Fauzi Bahar pun akan mangkir | kalau tidak ada yang tampil | maka ini adalah suatu akhir.

Ketika zaman lawas | Kota Padang memiliki corak budaya yang khas | nuansa islami nampak begitu jelas | kerukunan masyarakat yang harmonis | dan memiliki menu makanan yang pedas.

Kota Padang layaknya menjadi suatu pusat agibisnis | yang mengelola hasil pertanian menjadi usaha bisnis | guna menunjang daerah yang pesimis | untuk tetap berpacu dan optimis.

Dengan arahan Gubernur Sumbar | Kota Padang dituntun menjadikan mode transportasi umumnya lebih lancar | guna menunjang penumpang yang sedang lapar | untuk tetap tersenyum dan juga bersabar

Kota Padang dipenuhi oleh para pelajar | yang hobinya nongkrong di tenda ceper | hal ini akan berdampak besar | jika dibiarkan menyebar.

Di Sumatra Barat, Kota Padang selayaknya menjadi sentral perdagangan | yang menghimpun komoditas apapun | ini peluang mendapatkan penghasilan | guna meminimumkan nasib pengangguran.

Kota Padang banyak tempat wisata | mulai dari keindahan pantai hingga jembatan siti nurbaya | kalau ini dikelola | pasti akan banyak pengunjungnya.

Kota Padang tempat para kesatria | yang sudah biasa menghadapi bencana | seperti galodo dan juga gempa | ini perlu penanggulangan dan pencegahannya | guna memperkuat iman dan sikap waspada

      Narasi di atas berupaya mendeskripsikan kebutuhan kondisi Kota Padang saat ini. Walapun beda misi, sang calon pemimpin pun harus ada kontribusi, walaupun beda sisi, sportifitas pun harus dijunjung tinggi.
  
Kota Padang tercinta
Mari kita bangun bersama
Kota Padang tercinta
Ku jaga dan  ku bela

Antusias masyarakat Padang dalam menyelenggarakan pilkada sungguh luar biasa, ini bisa di lihat dari banyaknya calon yang mendaftar menjadi calon WaliKota. Tidak hanya itu, calon yang mendaftar pun di dominasi oleh calon persorangan. Ada 10 colon waliKota yang lolos verifikasi dan dinyatakan ikut dalam pemilihan kepala daerah Kota Padang. Dari ke sepuluh calon tersebut, berlatar belakang dari berbagai kalangan, seperti pengusaha, politikus, akademis, birokrat dan lain-lain.  Menurut ajaran syarak bahwsannya, “ Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin itu harus bertanggung jawab kepada yang dipimpinnya”.

Eng ing eng…….Masyarakat pun kebingungan untuk menentukan pilihannya, karena terlalu banyak pilihannya, calon yang tampil pun kebanyakan wajah baru bagi masyarakat Kota Padang. walaupun selama ini sudah menetap lama di Kota ini.

Kegundahaan Ini bisa di cari solusinya, jikalau kembali menggunakan kriteria menentukan pemimpin ala Minangkabau. Ada 4 syarat bagi pemimpin dalam pandangan adat Minangkabau
1.     Tinggi Tampak Jauah, Gadang Jolong Basuo” yang artinya, seorang itu kelihat tinggi dan besar disebabkan ketaqwaan yang tinggi dan keimanan yang tebal. Karena dimata Tuhan manusia itu sama. Yang membedakannya hanyalah ketaqwaannya. Ketaqwaan dinilai sebagai derajat tertinggi, oleh karena itu, martabatnya mulia, kelihatan punya kemampuan dalam memimpin, kelihatan menonjol dari orang-orang  kebanyakan, menjadi figur dari orang awam, dan menjadi sebagai ka pai tampek batanyo, ka pulang tampek babarito.
2.     Tinggi Disentak Rueh, Gadang Dilintang Pungkam” yang artinya, bahwa dia tinggi karena ruas kayu yang menyentak membawa tinggi, bukan karena dianjungkan dengan pot dan sebagainya. Ia punya integritas pribadi yang kokoh, punya visi dan misi yang jelas, punya wawasan cukup dengan syarat kapabilitas. Sedangkan “Gadang Dilintang Pungkam” artinya punya wibawa, kharismatik, berkarakter dan istiqomah. Yang terpenting dari poin ini adalah ia baik karena kebaikannya, bukan karena polesan media atau pemberitaan dan lain sebagainya.
3.  Tinggi Dek Di Anjung, Gadang Dek Di Ambak”, yang artinya, banyak orang yang suka menyanjungnya, menonjolkannya, memuliakannya, menghormatinya, disetujui oleh kaum dan masyarakatnya, atau lebih tepat diterima oleh semua pihak baik kawan maupun lawan
4. Tinggi Sarantiang Dahulu Salangkah”, yang artinya dia dekat dengan rakyatnya, bila sudah menjadi pemimpin ia tidak meninggalkan rakyatnya, bila ia lupa dia cepat kembali ke jalan yang benar, bila diingatkan oleh rakyatnya , ia cepat mempertimbangkan untuk memperbaikinya

Sabanta lai Padang ado alek,
Mamiliah pemimpin yo sabana barek,
Kok syarat pemimpin alah dapek,
Tingga contreng nan ma nan tapek

Dek paniang indak mamiliah,
Bukan alasan nan shahih,
Kok ado raso peduli jo pemerintah,
Buktikan dengan mamiliah

Tidak ada komentar: