Selasa, 15 Oktober 2013

You'r Comment Vs My Confident ( Oleh: Idham Afandi )


       Sebagai manusia yang bagaimana layaknya, suatu kehidupan akan mememukan suatu masa dimana mengaharuskan manusia untuk beraktifitas, bekerjasama antara satu sama lain dan berkomunikasi dengan manusia lainnya. Ada timbal balik yang nantinya akan dilalui oleh manusia. Baik itu dari suatu perbuatan ke perbuatan, dari suatu komunikasi ke komunikasi, atau dari suatu perbuatan yang berujung komunikasi dan begitu juga sebaliknya.

Komunikasi yang dilakukan bisa dalam beberapa bentuk, komunikasi langsung dan tak langsung. Komunikasi langsung juga bisa dibagi atas komunikasi verbal maupun non verbal seperti bahasa tubuh, sedangkan komunikasi tak langsung biasanya memanfaatkan media-media yang ada. Dalam berkomunikasi ada juga pembagiannya berdasarkan tipenya, ada yang tipe komunikasi satu arah, dan juga komunikasi dua arah, yang membedakan adalah komunikasi satu arah hanya menerima dari salah seorang komunikan sedangkan komunikasi dua arah, adanya timbal balik atau interaksi antar komunikan.

Seiring dengan menjalani suatu aktivitas atau kegiatan yang kita lakukan, layaknya ini di peruntukkan kepada sang pencipta, di niatkan beribadah hanya kepada-Nya, dan tak ada niat lain kecuali berharap dari Nya. Komunikasi kita sangat berpengaruh terhadap percayadiri kita sendiri maupun orang lain, dalam memeberikan komentar atau sugesti terhadap suatu aktivitas atau kegiatan tersebut.

Godaan terberat dalam melakukan sebuah aktivitas/amalan adalah komentar dari manusia, yaitu komunikasi satu arah yang mampu mempengaruhi semangat seseorang dalam melakukan amalan tersebut. Mari kita simak kisah berikut :

Ada seorang ayah dan anaknya yang sedang berdiskusi hangat di teras rumahnya pada waktu senja

Ayah   : oia…baru teringat ayah kalau malam ini kita ada pengajian di masjid komplek     
  rumah, nanti raja ikut ayah ya ? (tatapan mata ayah pun menuju ke raja)

Raja    : aduh….yah, malam ini memang raja tidak ada kegiatan, tapi kan ikut pengajian itu  gak gaul banget, apa nanti kata kawan yang lain? (dengan wajah yang tersipu malu mencoba membalikkan pertanyaan ke ayahnya)

Ayah   : oh…gitu ya, kan itu kata kawan, gimana kalau kata tuhan? (sambil menyambung suatu pertanyaan lagi) kalau besok kan ada puasa arrafah menjambut hari raya idul adha, gimana raja puasa kan? (Dengan nada yang lebih rendah, berharap anaknya berpuasa esok hari)

Raja    : Gimana ya yah….bukannya raja gak sanggup puasa, tapi besok tu raja sama kawan- kawan biasanya kumpul di cafe, kalau raja puasa, apa kata mereka yah?(sambil menggaru-garuk kepalanya)

         Lantas sang ayah berinisiatif mengajak raja berjalan disekeliling kompleks rumah denganmembawa seekor keledai yang diringi untuk ikut berjalan bersama mereka, lantas terdengar celotehan warga seperti ini:


 Warga A  : ini ayah dan anak kok bodoh bener ya, sudah tau ada keledai yang mereka bawa
        tetapi kok tidak mereka tunggangi (dengan suara pelan sambil berbicara
        dengan warga lainnya)

Ayah dan raja pun mendengar percakapan kecil diantara waga tersebut dan ayahnya lantas berkata


 Ayah         : Raja, naiklah ke atas keledai. Supaya tidak ada yang berkomentar lagi (sambil
        menggendong raja menaiki keledai mungil itu)

Mereka pun terus berjalan dan tidak jauh dari tempat itu ada lagi warga yang berkomentar


 Warga B  : ini anak kok ga tau diri ya, enak enakan dia naik di atas keledai, tapi ayahnya
        disuruh berjalan (dengan nada pelan dan sinis  )

Lagi-lagi percakapan ini mereka dengar dan ayah pun berkata


 Ayah         : Raja, turunlah dari keledai itu, biar ayah yang menggantikannya

             Perjalanan pun terus dilakukan, tidak jauh dari itu ada lagi warga yang berkomentar

 Warga C  : ini ayah lupa diri, naik keledai dengan santai tapi anaknya disuruh berjalan
       (dengan nada berbisik-bisik warga ini berkata dengan warga lain)

Seperti biasanya, lagi-lagi percakapan ini terdengar oleh mereka dan ayah pun berkata

 Ayah      : raja naiklah ke keledai ini bersama ayah
            
            Baru beberapa meter perjalanan mereka sudah ketemu lagi dengan warga yang
Berkomentar

 Warga D  : ini ayah dan anak yang gak tau diri, sudah tau keledainya mungil kok di
         tunggangi berdua, kasianlah…(dengan sangat sinis)

Lagi-lagi percakapan ini terdengar dan ayah berkata


 Ayah      : Raja kita turun dari keledai ini dan ayo kita gendong keledai ini

            Baru beberapa langkah perjalanan mereka ada warga yang berceloteh

 Warga E  : ini ayah dan anak yang bodoh, sudah jelas keledai sehat dan bisa berjalan kok
        malah di gendong.

Percakapan ini terdengar oleh mereka dan ayahnya berkata:

 Ayah     : harus seperti apa lagi kita melanjutkan perjalanan raja, kalau semua komentar
    dari orang lain kita dengarkan? Begitu juga dengan setiap kegiatan atau ibadah
    yang kita lakukan, kalau kita masih memperdengarkan kata orang, harus sampai
    kapan kita bisa melakukan ibadah itu? (dengan nada yang tersendat sendat dan
    wajah yang letih)

Raja      : Mmm……(hanya mampu menundukan kepala dan tidak sanggup menjawab dari
                  pertanyaan si ayah)

Kisah ini memberikan pelajaran berharga pada kita bagaimana menjadikan diri ini lebih
percaya diri untuk melakukan suatu kebaikan tanpa menghiraukan komentar dari orang
lain, komentar itu baik, menjadi masukan untuk kedepan tapi jangan terlalu dihiraukan selagi 
itu baik kenapa tidak….? Selamat Berkontribusi..!


Tidak ada komentar: