Jikalau genangan air pada tanah yang tandus bisa diibaratkan sebagai pahlawan, Saya pastikan
pelopor itu mata airnya.
–Idham Afandi-
Suatu massa akan ada penapak tilas kehidupan
yang akan menyejarah. Berawal dari ketidakberadaan, bermula dari
ketidakmampuan, terlahir dengan keterbatasan dan berada dalam kondisi ujian dan
himpitan, yang kemudian dirubah menjadi hal yang luar biasa, menjadi inspirasi
dan memiliki pelajaran yang berarti. Tetapi siapakah penapak tilas yang akan
menyejarah di masa ini?
Mengenang hal menyejarah sangatlah
mengagumkan, mengulas perjalanannya sangatlah menginspirasi, menyebut-nyebut
hasil torehannya menjadi pemicu semangat, mendiskusikan sifat dan karakter penapak
tilas sejarah sangatlah mengena. Tetapi apa yang terjadi saat ini?
Seolah-olah mendambakan kehadiran penapak
tilas sejarah tersebut kembali hadir saat ini, merindukan hasil torehan
upayanya terulang kembali, bak pertukaran siang dan malam yang kehadirannya
pasti akan berulang. Tetapi apakah sudah tidak ada lagi penapak tilas sejarah
di zaman ini?
Kehidupan penapak tilas tersebut tidak dengan
sepenuhnya hidup dalam kemudahan. Mereka mengubah hal yang terburuk menjadi
lebih baik, mengubah hal terkejam menjadi lebih adil, bijaksana, mengubah
keterbatasan menjadi sebuah kekaguman, dan mengubah hal tersulit manjadi lebih
mudah. Serta dapat memberikan manfaat pada orang banyak.
Seorang nelson mandela rela dipenjarakan
selama dua puluh delapan tahun demi menegakkan keadilan di tanah kelahirannya.
Pemberlakuan sistem politik apartheid di nilai sangat rasis dan membatasi hak
sesorang, dimana orang kulit hitam tidak memiliki hak memilih dan hak dipilih
dan tidak juga diperkenankan untuk ikut andil dalam kancah politik ataupun
pengurusan negara di afrika selatan. Penindasan terhadap orang kulit hitam
telah menjadikan suatu gagasan perjuangan bagi mandela untuk bisa menciptakan
suatu keadilan di tanah kelahirannya. Dua puluh delapan tahun bukan hal yang
sebentar, dan tidak hanya mendekam didalam penjara, tetapi ujian di rongrongnya
idealis sang mandela itu pun selalau di lancarkan musuh-musuhnya. Dengan penuh
keyakinan dan kesabaran mandela tetap mempertahankan keyakinannya akan hadirnya
suatu keadilan di tanah kelahirnnya. Di
tahun 1990 mandela pun mengumumkan penghentian konflik bersenjata. Dan
dimulailah serangkaian perundingan yang berujung pada penetapan undang-undang
parlemen yang baru dengan bersandar pada prinsip mayoritas. Hasil dari
perjuangannya ini pun dapat dinikmati banyak orang hingga kini. Berikut
merupakan ucapan mandela ketika mendekam di dalam penjara “ Perjalanan panjang saya untuk mencapai suatu
kebebasan telah mengajarkan saya. Keberhasilan seseorang menempuh perjalananya
hingga sampai ke puncak gunung telah mengungkapkan jati dirinya. Makin tinggi
puncak gunung yang di tuju, makin lama pula perjalanan yang harus di tempuh.
Itu berarti akan makin lama sebuah penantian”. Nelson mandela telah
mengubah kekejaman menjadi lebih adil dan bijaksana, yang hasil upayanya dapat
dirasakan oleh masyarakat afrika selatan hingga saat ini.
Begitu juga dengan Louis Braille yang
terlahir sebagai anak gadis dengan mata nan indah yang membuat orang kagum dan
iri jika melihat matanya. Nikmat mata indah itu pun tidak lama ia rasakan
bahkan nikmat melihat itu yang langsung Allah cabut dari kehidupannya ketika ia
masih kanak-kanak. Ujian berupa keterbatasan yang ia peroleh tidak membuatnya
hanyut dalam kondisi yang ada, kemauannya dan keyakinanya akan suatu kesetaraan
antara orang biasa dengan tuna netra membuatnya berfikir panjang dalam
menemukan suatu metode belajar bagi tuna netra. Keinginannya ini harus dimulai
dari dirinya sendiri, bagaimana cara membaca dengan adanya keterbatasan
tersebut. Selama berada di sekolah luar biasa cara mengajarkan siswa-siswanya
membaca dengan metode meraba huruf-huruf besar yang terbuat dari logam yang
disesuaikan dengan bentuk huruf asli yang di tempelkan pada selembar kertas,
braille menganggap hal ini tidak praktis, karena mana ada penerbit buku yang
akan mau mencetak buku dengan kebutuhan seperti itu. Dengan pandangan itulah
braille mencari jalan keluar dengan membuat suatu metode dalam membaca huruf
alphabet dengan menggunakan enam titik. Metode inilah yang kemudian ia uji dan
ia terapkan di sekolah tunanetra di tempatnya, tetapi berbagai macam penolakan
menghadangnya sehingga ia pun tidak patah semangat, metode yang ia miliki ini
hanya ia ajarkan ke murid-muridnya saja, hingga suatu saat ada salah seorang
siswanya yang tampil menarik dalam sebuah event pertunjukan dengan memainkan
sebuah piano dalam kondisi buta. Hal ini yang membuat kagum banyak orang dan
menanyakan apa rahasia dari pementasannya tersebut. Lantas siswanya menjawab, “bukan
saya yang sepatutnya mendapatkan penghormatan tetapi seseorang yang telah mengajarkan
kepada saya penemuan metode yang luar biasa, dan saat ini orang ini sakit di
atas tempat tidurnya dan berada jauh dari orang lain, beliau adalah braille”. Sejak
itu pula media massa menggalang aksi kampanye gerakan untuk mendukung louis
braille serta menyokong penemuannya tersebut. Tak lama kemudian pemerintahan
prancis mengakui penemuannya dan menjadikan metodenya sebagai refresi dalam
mengajarkan siswa tunanetra. Kini giliran Louis Braille yang mengubah suatu
keterbatasan menjadi hal yang mengagumkan dan hal yang bermanfaat.
Merekalah beberapa contoh pahlawan yang
mempelopori hal-hal di luar kebiasaan, yang mengubah paradigma orang biasa yang
mengatakan tidak bisa menjadi hal nyata yang terwujud dan bermanfaat. Di pertanyakanlah
kepada diri kita bisakah kita menjadi seperti mereka yang dapat bermanfaat bagi
orang lain dan menjadi insan yang berguna? Bangsa ini setidaknya butuh
orang-orang yang mau mempelopori kejujuran, keadilan dan contoh pribadi yang
baik. Mungkin hal sekecil itu yang setidaknya menjadi basic bagi pribadi kita
masing-masing. Mari di coba euy...