Terdiamnya mulutku bukan berarti aku bisu, terhentinya langkahku bukan berarti aku lumpuh, tetapi aku terdiam memikirkan sesuatu, mengingat sesuatu, merindukan sesuatu. Didalam keheninganku aku selalu merindukannya, didalam kediamanku aku selalu mengingatnya hingganya mulutku seakan bisu ketika teringat dengannya, kakiku kaku, Hatiku gemetar, perasaanku tak sabar merasakan kedatangannya, mataku bersinar menanti kehadirannya, aku berharap ia dapat menerangi kehidupanku ketika bersamanya, dan memberi warna kebaikan didalamnya .
Seperti tatkala Rasulullah pertama kali menerima wahyu yang Allah turunkan melalui jibril di gua hira, Rasul merasa tak mampu menjalankan amanah yang allah titipkan kepadanya, dengan tubuh gemetar dan kedinginan rasul pun meminta sang istri “SELIMUTI AKU” bersama perasaan takut dan cemas ia ceritakan semuanya kepada sang istri yang penyayang lagi bijaksana yaitu khadijah, ketika kembali kerumah dari gua hira, Dengan perasaan yakin, sang istri pun sangat percaya kepada suaminya dan menguatkannya bahwa ia adalah utusan allah. Begitu besar kasih sayang dan perlindungan yang khadijah berikan kepada rasulullah, disaat Rasulullah mendapatkan amanah yang sangat berat yang sesungguhnya sangat berat bagi manusia untuk memikulnya, tetapi khadijah memberikan kehangatan kepadanya, memberikan dukungan kepadanya, dan memberi keyakinan atas langkahnya.
Dan begitu juga seperti hal yang kurindu ini, Sudah lama aku menantikan kehadiran dirinya, ingin bertemu dengannya, ingin merasakan kehangatanya, dan ingin mendapatkan kekuatan ketika bersamanya. dalam harap dan doaku selalu terucap ingin bertemu dengannya OH…. RAMADHAN.